Story #1: learn to let go.
Rasa sesak yang menyakitkan ini sudah kurasakan sejak dahulu, 3 tahun yang lalu. Dimana pada saat pertama berkenalan. Aku tak menyangka ini semua akan berakhir dengan sesak yang amat teramat sangat menyakitkan.
Pada awalnya, semua terasa manis. Semua terasa menarik. Namun ketika 'sesuatu' itu mengusik, aku mulai merasa tak nyaman. Namun, aku tak menggubrisnya. Aku anggap itu hanya angin berlalu. Tetapi tak dapat kusangkal lagi. Lambat laun hal itu semakin menyesakkan hati. Lambat laun hal itu mengganggu pikiranku.
Ketika itu aku sangat ingin menghancurkannya. Menghancurkan segala hal yang menghalangiku. Namun aku tak sanggup. Aku tak mungkin melakukannya. Lalu, aku berusaha untuk kuat. Dan ternyata aku lebih kuat dari yang aku duga. Alhamdulillah...
Setahun berlalu setelah itu, aku mulai sedikit demi sedikit menjauh (meskipun sebenarnya masih mengejar). Dan ternyata bukan tahun lalu saja 'sesuatu' itu terjadi. Tahun berikutnya pun, 'sesuatu' itu mengusik. Namun bukanlah hal yang sama seperti tahun lalu. Hanya saja sedikit mirip. Ternyata 'sesuatu' itu juga dimulai dari setahun yang lalu itu, tetapi aku tak menyadarinya. Baru setahun kemudian aku menyadarinya.
Aku berusaha untuk kuat lagi, dan lebih kuat lagi. Dan Alhamdulillah, Allah masih memberiku kekuatan. Aku akan berusaha mempertahankan dan meningkatkannya.
Dua tahun pun berlalu... Tanpa kusadari, 'sesuatu' pada tahun pertamaku bertambah lebih parah. Lebih besar dari yang kubayangkan. Itulah awal aku merasakan sesak yang cukup menyakitkan. Tetapi aku coba untuk kuat dan terus kuat.
Lama kelamaan, 'sesuatu' itu terus mengusikku. Dan bahkan lebih parah. Dia tak menyadari hatiku yang semakin sesak ini. Tapi aku berusaha tersenyum. Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan hal itu. Dan ya, aku masih bisa kuat.
Aku sebenarnya tak suka berpura-pura senyum seperti ini. Tapi apa boleh buat. Aku tak ingin ada konflik lagi terjadi. Aku takut hal itu terulang lagi... Aku takut...
Hari-hariku dilalui dengan banyak senyuman palsu. Senyuman yang seharusnya tak kukeluarkan. Juga canda tawa yang palsu. Namun aku tak bisa... Aku tak bisa jujur. Aku berhasil membohongi diriku sendiri. Mereka bisa merasakannya. Mungkin karena aku ini memang orang yang sangat terbuka. Ya, aku tak bisa membohongi diriku sendiri.
Hari demi hari mulai terlewati. Aku sibuk dengan jadwal belajarku yang cukup padat. Aku akan menghadapi ujian nasional. Hal terakhir yang akan menentukan kemanakah aku selanjutnya. Berkat kesibukanku, aku mulai melupakan 'sesuatu' itu. Tapi, rasa sesak yang menyakitkan itu terlalu sulit untuk dilupakan.
Kesibukanku pun berakhir. Aku kembali teringat oleh 'sesuatu' itu. Tapi tak begitu teringat. Karena aku kembali disibukkan dengan pendaftaran sekolah. Dan pada akhirnya aku tak diterima di sekolah negeri manapun. Aku masuk sekolah swasta yang didalamnya penuh dengan kejutan (cerita lengkap tentang ini akan aku post mendatang alias coming soon, wait ya!).
Akhirnya kesibukanku benar-benar berakhir (tapi tak begitu berakhir karena aku sibuk dengan tugas-tugasku di sekolah yang baru).
Akhir dari awal yang manis itu mulai terungkap... Akhir yang tak pernah terduga sebelumnya. Akhir yang begitu menyesakkan hati ini sampai-sampai rasanya aku sangat ingin menghancurkan 'sesuatu' itu. Namun memang tetap tak bisa. Sesak sekali aku membacanya. Kala itu, aku memang benar-benar tak kuat. Pertahananku benar-benar hancur kala itu. Sangat-sangat hancur. Kekuatanku sudah melebihi ambang batas yang kumiliki. Aku tak memiliki kekuatan lagi... Air mata yang selama ini tersimpan kuat, sudah tak dapat dibendung. Aku sudah tak kuat lagi.....
Disinilah awal yang membuatku belajar untuk melepaskan. Belajar untuk melupakan juga. Pesan yang dikirim melaluinya itu membuatku banyak belajar. Tentu saja yang terpenting adalah melepaskan. Melepaskan hal itu agar aku lebih fokus terhadap tujuan hidupku. Dan dengan melepaskan, 'sesuatu' itu akan tetap terjaga. Karena jika tak terjaga, maka akan rapuh selamanya dan sulit untuk disatukan kembali. Karena 'sesuatu' itu sangat berharga...
Bumi Allah,
11-09-2011 20.55 WIB
#quoteofthisstory:
1. "Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya." (Refrain by Winna Efendi)
2. "Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya. Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya. Ketika wanita menangis, itu bukan karena dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat." (Let Go: Setiap cerita punya ruang sendiri di dalam hati by Windhy Puspitadewi)
Pada awalnya, semua terasa manis. Semua terasa menarik. Namun ketika 'sesuatu' itu mengusik, aku mulai merasa tak nyaman. Namun, aku tak menggubrisnya. Aku anggap itu hanya angin berlalu. Tetapi tak dapat kusangkal lagi. Lambat laun hal itu semakin menyesakkan hati. Lambat laun hal itu mengganggu pikiranku.
Ketika itu aku sangat ingin menghancurkannya. Menghancurkan segala hal yang menghalangiku. Namun aku tak sanggup. Aku tak mungkin melakukannya. Lalu, aku berusaha untuk kuat. Dan ternyata aku lebih kuat dari yang aku duga. Alhamdulillah...
Setahun berlalu setelah itu, aku mulai sedikit demi sedikit menjauh (meskipun sebenarnya masih mengejar). Dan ternyata bukan tahun lalu saja 'sesuatu' itu terjadi. Tahun berikutnya pun, 'sesuatu' itu mengusik. Namun bukanlah hal yang sama seperti tahun lalu. Hanya saja sedikit mirip. Ternyata 'sesuatu' itu juga dimulai dari setahun yang lalu itu, tetapi aku tak menyadarinya. Baru setahun kemudian aku menyadarinya.
Aku berusaha untuk kuat lagi, dan lebih kuat lagi. Dan Alhamdulillah, Allah masih memberiku kekuatan. Aku akan berusaha mempertahankan dan meningkatkannya.
Dua tahun pun berlalu... Tanpa kusadari, 'sesuatu' pada tahun pertamaku bertambah lebih parah. Lebih besar dari yang kubayangkan. Itulah awal aku merasakan sesak yang cukup menyakitkan. Tetapi aku coba untuk kuat dan terus kuat.
Lama kelamaan, 'sesuatu' itu terus mengusikku. Dan bahkan lebih parah. Dia tak menyadari hatiku yang semakin sesak ini. Tapi aku berusaha tersenyum. Mungkin karena aku sudah terbiasa dengan hal itu. Dan ya, aku masih bisa kuat.
Aku sebenarnya tak suka berpura-pura senyum seperti ini. Tapi apa boleh buat. Aku tak ingin ada konflik lagi terjadi. Aku takut hal itu terulang lagi... Aku takut...
Hari-hariku dilalui dengan banyak senyuman palsu. Senyuman yang seharusnya tak kukeluarkan. Juga canda tawa yang palsu. Namun aku tak bisa... Aku tak bisa jujur. Aku berhasil membohongi diriku sendiri. Mereka bisa merasakannya. Mungkin karena aku ini memang orang yang sangat terbuka. Ya, aku tak bisa membohongi diriku sendiri.
Hari demi hari mulai terlewati. Aku sibuk dengan jadwal belajarku yang cukup padat. Aku akan menghadapi ujian nasional. Hal terakhir yang akan menentukan kemanakah aku selanjutnya. Berkat kesibukanku, aku mulai melupakan 'sesuatu' itu. Tapi, rasa sesak yang menyakitkan itu terlalu sulit untuk dilupakan.
Kesibukanku pun berakhir. Aku kembali teringat oleh 'sesuatu' itu. Tapi tak begitu teringat. Karena aku kembali disibukkan dengan pendaftaran sekolah. Dan pada akhirnya aku tak diterima di sekolah negeri manapun. Aku masuk sekolah swasta yang didalamnya penuh dengan kejutan (cerita lengkap tentang ini akan aku post mendatang alias coming soon, wait ya!).
Akhirnya kesibukanku benar-benar berakhir (tapi tak begitu berakhir karena aku sibuk dengan tugas-tugasku di sekolah yang baru).
Akhir dari awal yang manis itu mulai terungkap... Akhir yang tak pernah terduga sebelumnya. Akhir yang begitu menyesakkan hati ini sampai-sampai rasanya aku sangat ingin menghancurkan 'sesuatu' itu. Namun memang tetap tak bisa. Sesak sekali aku membacanya. Kala itu, aku memang benar-benar tak kuat. Pertahananku benar-benar hancur kala itu. Sangat-sangat hancur. Kekuatanku sudah melebihi ambang batas yang kumiliki. Aku tak memiliki kekuatan lagi... Air mata yang selama ini tersimpan kuat, sudah tak dapat dibendung. Aku sudah tak kuat lagi.....
Disinilah awal yang membuatku belajar untuk melepaskan. Belajar untuk melupakan juga. Pesan yang dikirim melaluinya itu membuatku banyak belajar. Tentu saja yang terpenting adalah melepaskan. Melepaskan hal itu agar aku lebih fokus terhadap tujuan hidupku. Dan dengan melepaskan, 'sesuatu' itu akan tetap terjaga. Karena jika tak terjaga, maka akan rapuh selamanya dan sulit untuk disatukan kembali. Karena 'sesuatu' itu sangat berharga...
Bumi Allah,
11-09-2011 20.55 WIB
#quoteofthisstory:
1. "Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya." (Refrain by Winna Efendi)
2. "Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya, melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya. Ketika wanita menangis, itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya. Ketika wanita menangis, itu bukan karena dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat." (Let Go: Setiap cerita punya ruang sendiri di dalam hati by Windhy Puspitadewi)
Comments
Post a Comment