Ketika Sang Diri Mengenal Kata Curiga
Maha Suci Allah yang senantiasa menemani hamba-Nya ini dalam melangkah di kehidupan...
Mengapa? Mengapa aku harus mengenal sepotong kata itu? Kata yang membuat diri ini bersikap dan bersifat negatif. Kata yang membuat diri ini seringkali terjatuh. Kata yang membuat segalanya tidak indah bagiku. Curiga? Apa itu curiga? Sepotong kata yang tak pernah terduga. Untuk apa perasaan curiga itu ada? Untuk apa setiap manusia memiliki perasaan curiga? Untuk apa? Untuk apa bila akhirnya seperti ini yang kurasakan. Terasa sesak, tak nyata, dan lelah.
Diri ini terlalu dalam menanamkan kata curiga. Hingga akhirnya ia terjerat dan tak bisa kemana-mana. Hingga akhirnya ia tak bisa memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. Hingga akhirnya ia kalang kabut, tak tahu harus kemana meneruskan langkah kaki. Hingga akhirnya ia merasa kehilangan terhadap sesuatu yang selama ini ia impikan. Hingga akhirnya pikiran negatif terus menerus menghantuinya. Apa yang terjadi sebenarnya?
Aku tahu, curiga atau su'udzan adalah perbuatan buruk. Rasulullah senantiasa mengingatkan para umatnya untuk selalu berhusnudzan (berprasangka baik, kebalikan dari su'udzan). Tapi mengapa hingga kini terasa sulit sekali menanamkannya? Apa yang telah kuperbuat hingga aku seperti ini? Apa? Apa? Apa? Banyak pertanyaan yang mengitari 16 tahun perjalananku kali ini. Ada yang sudah terjawab, ada yang masih menggantung. Karena tak ada satupun yang tahu jawabannya. Atau tak ada yang mau memberitahu? Ah, lagi-lagi curiga.
Mengapa? Mengapa aku harus mengenal sepotong kata itu? Kata yang membuat diri ini bersikap dan bersifat negatif. Kata yang membuat diri ini seringkali terjatuh. Kata yang membuat segalanya tidak indah bagiku. Curiga? Apa itu curiga? Sepotong kata yang tak pernah terduga. Untuk apa perasaan curiga itu ada? Untuk apa setiap manusia memiliki perasaan curiga? Untuk apa? Untuk apa bila akhirnya seperti ini yang kurasakan. Terasa sesak, tak nyata, dan lelah.
Diri ini terlalu dalam menanamkan kata curiga. Hingga akhirnya ia terjerat dan tak bisa kemana-mana. Hingga akhirnya ia tak bisa memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. Hingga akhirnya ia kalang kabut, tak tahu harus kemana meneruskan langkah kaki. Hingga akhirnya ia merasa kehilangan terhadap sesuatu yang selama ini ia impikan. Hingga akhirnya pikiran negatif terus menerus menghantuinya. Apa yang terjadi sebenarnya?
Aku tahu, curiga atau su'udzan adalah perbuatan buruk. Rasulullah senantiasa mengingatkan para umatnya untuk selalu berhusnudzan (berprasangka baik, kebalikan dari su'udzan). Tapi mengapa hingga kini terasa sulit sekali menanamkannya? Apa yang telah kuperbuat hingga aku seperti ini? Apa? Apa? Apa? Banyak pertanyaan yang mengitari 16 tahun perjalananku kali ini. Ada yang sudah terjawab, ada yang masih menggantung. Karena tak ada satupun yang tahu jawabannya. Atau tak ada yang mau memberitahu? Ah, lagi-lagi curiga.
Comments
Post a Comment